

TANJUNGPINANG – Jurusan Bisnis Digital (BISDI) Universitas Maritim Raja Ali Haji (UMRAH) kembali menorehkan prestasi gemilang di kancah internasional. Tidak tanggung-tanggung, dua tim mahasiswa yang dikirim berhasil menyapu bersih dua podium juara dalam ajang bergengsi “International Business Pitching Competition” yang diselenggarakan secara daring oleh Politeknik Bali.
Dalam kompetisi yang mengusung tema “AIMpowering Green Business through BASE ON 3.0” ini, persaingan berlangsung ketat. Tim-tim BISDI UMRAH harus berhadapan dengan peserta dari berbagai universitas, termasuk pesaing internasional dari Shaanxi Polytechnic Institute (China) dan Nueva Ecija University of Science and Technology (Filipina).
Tim pertama, “Speedrun Any %”, yang beranggotakan Zakki Taufiq Hakim, Harlan Apriansyah, dan Laksana Fikri Chris Samudra, berhasil meraih gelar 1st Runner Up dengan total skor impresif 257.
Kemenangan ini disusul oleh tim kedua, “Team Zero Waste Warrior”, yang terdiri dari Shalsa Dilla Vitriani, Naila Azizah, dan Nindan Karang Setiawan Putri. Mereka sukses mengamankan posisi 2nd Runner Up dengan total skor 251.
Inovasi ‘Blue Economy’ dan ‘Green Culture’
Kemenangan ini diraih berkat dua ide bisnis hijau yang sangat relevan dan berdampak.
1. Tim Speedrun Any % (Baruna-Modal) Berkompetisi di sub-tema “Sustainable Economy & Community Empowerment”, tim ini mengusung proposal berjudul “Baruna: FAIR CAPITAL, FAIR MARKETS FOR INDONESIA’S FISHERS”.
Fokus mereka adalah memutus “rantai beracun” antara nelayan tradisional dan tauke (tengkulak). “Baruna hadir sebagai pengganti tauke. Kami menawarkan pinjaman dengan bunga 0% agar nelayan bisa melaut, dan kami membeli ikan mereka sesuai harga pasar yang adil, bukan harga yang ditekan,” jelas salah satu anggota tim yang menjadi narasumber kami. Solusi ‘Blue Economy’ ini dipandang sebagai intervensi sosial-ekonomi yang konkret dan memberdayakan.
2. Team Zero Waste Warrior (SWAPP) Mengambil sub-tema “Green Tech & Digital Transformation”, tim ini mempresentasikan ide “SWAPP: Trash To Cash”.
Keunikan SWAPP terletak pada pendekatannya. Ini bukan sekadar aplikasi jual-beli sampah biasa. “SWAPP bertujuan menjadi trendsetter. Kami ingin menjadikan pengelolaan sampah sebagai sesuatu yang culture dan trendy, mirip seperti aplikasi Strava yang membuat orang bangga berolahraga,” ungkap narasumber. Pendekatan perubahan perilaku yang dibalut teknologi hijau inilah yang memikat para juri.
Jeritan Bahagia di Balik Layar Telegram
Karena kompetisi berlangsung 100% daring, semua proses; mulai dari pitching hingga pengumuman dilakukan secara virtual. Ini memunculkan tantangan tersendiri.
“Untuk Tim Baruna, tantangan terbesarnya adalah bersabar dengan penilaian juri dan rasa tegang saat pitching online. Kami selalu gugup takut akan buruknya sinyal internet,” kenang narasumber.
Momen pengumuman juara pun berlangsung tak terduga, diumumkan melalui siaran broadcast di aplikasi Telegram.
“Jujur, ketika pengumuman keluar, saya sendiri sedang bermain game,” ceritanya sambil tertawa. “Saya baca sekilas dan awalnya merasa tidak menang. Ketika saya baca untuk kedua kalinya, baru saya sadar nama tim saya ada di podium. Seketika saya langsung menjerit kesenangan.”
Kemenangan ganda ini menjadi bukti bahwa mahasiswa Bisnis Digital UMRAH mampu bersaing di panggung global. Ketika ditanya apa pesan untuk rekan-rekan mahasiswa lainnya, narasumber memberikan jawaban yang inspiratif:
“Jangan takut untuk ikut lomba. Menang dan kalah itu belakangan. Yang paling penting adalah pengalaman kalian dalam mengikuti lomba-lomba internasional yang bergengsi.”
